Annyeong... Haduuuh udah lama nih mimin gak ngeposting. Maklum, Admin sibuuuk. Sekarang mimin comeback nih. Kali ini mimin mau ngeshare Fan Fiction. Ini admin looh yang buat. Maaf ya kalau ceritanya gak seru.. mohon dimaklumi, admin baru pertamakali nih bikin FF. Yuk kita baca aja sekarang.. caw..
Author : Dera Nur R
Title : I’m your wife
Main Cast : Kim Myungsoo (L) Infinite as Myungsoo
You
as Sun Hera
Other Cast : Im
Siwan ZE:A as Siwan
Genre : Romance
@universitas
“Cukahae, Hera.
Akhirnya kau lulus dari Universitas ini..” Ucap Siwan sambil memeluk Hera.
“Gomapta, oppa..
Selamat juga atas kesuksesan perusahaanmu meluncurkan game terbaru yang
berbobot tinggi..” Kata Hera seraya memeluk Siwan.
“Ini juga berkat orang
tua mu yang mendidikku dengan baik, seperti anak mereka sendiri..” ucap Siwan
seraya tersenyum lebar. “Ahjumma, Ajushi.. Gomawo..” Kali ini Siwan memeluk
orangtua Hera.
Dengan lembut, eomma
Hera menepuk-nepuk punggung Siwan, begitupun dengan Appa Hera. Betapa
bahagiannya Siwan masih memiliki orang-orang yang sayang padanya. Jika saja
orangtuanya belum meninggal, mereka akan sangat berterimakasih kepada keluarga
Hera.
“Kau lulus, dan
sebentar lagi kau akan menikah. eothoke?” ucap Siwan kepada Hera dengan
memasang wajah menggoda.
“Bagaimana apanya?”
Tanya Hera dengan muka kesalnya.
“Sepertinya kita tidak
akan bebas bersama lagi.. Tapi, ada baiknya juga, aku tidak perlu mentraktirmu
makan, tak perlu membangunkanmu yang memang sangat sulit dibangunkan, tak perlu
mengantarmu kesana kemari lagi, dan….” Tiba-tiba raut wajah Siwan berubah
seperti memelas.
Hera menatap Siwan
sinis. Sedangkan orang tuanya tersenyum geli melihat kelakuan dua orang ini.
“Dan apa..?” Tanya Hera jengkel.
Awalnya, Siwan
tersenyum. Tiba-tiba.. Cup~! *kissing pipi Hera. “Nanti aku tak bisa lagi
menciummu seperti itu..” lantas Siwan langsung tertawa melihat kekagetan Hera
dan orangtuanya. Lalu dengan sigap dia berlari-lari karena takut mendapat
pukulan bertubi-tubi dari Hera. Sambil melambaikan tangan dia berkata “Mungkin
itu ciuman terakhir.. HAAHAHHA”.
“Siwaaaaaaaaan…. Awas
kau yaa~!!” Hera berlari mengejar Siwan. Akhirnya terjadilah peristiwa
kejar-kejaran seperti anak kecil. Dan itu membuat orangtua Hera tertawa
terbahak-bahak.
“Ya.. sudah-sudah..
kemanhae.. ayo kita pulang, kita akan kedatangan tamu..” kata appa.
“Tamu? Nuguya?” Tanya
Hera dan Siwan berbarengan.
“Calon suami dan calon
mertua Hera..” kata appa lalu masuk mobil dan diikuti eomma yang juga masuk
mobil.
“Mwo?” Tanya Hera
kaget. Ternyata perjodohan masih ada pada zaman sekarang.
“Waah.. kau benar-benar
akan menikah. Kira-kira, calon suami mu itu lebih tampan dariku gak ya? Ayo,
cepat kau masuk mobil. Aku membawa sepeda motor..” ucap Siwan seraya mengacak
rambut Hera.
“Aku ingin naik
motor..” kata Hera sambil menggelayut ditangan Siwan.
“Hei.. jangan begitu,
bagaimana kalau calon suamimu nanti melihat kau berboncengan dengan namja ulzzang
sepertiku?” kata Siwan dengan pedenya sambil mengusap-ngusap dagu.
“Ah dasar kau, yasudah
aku masuk ya..” kata Hera.
“Iya, aku akan
mengikuti mobil dari belakang..” kata Siwan lalu tersenyum.
Selama perjalanan,
Hera merasa tidak enak hati. Mungkin dia tidak menginginkan perjodohan ini.
Tapi, mengingat ini adalah permintaan orang tuanya dan untuk menjalin kerja
sama yang baik, akhirnya Hera menyetujui perjodohan ini. Tapi, sebagai wanita
yang baru lulus kuliah, dia juga ingin memilih calon suami pilihannya sendiri.
Apa daya, perjodohan ini pasti terjadi. Sedang asik-asiknya melamun, tiba-tiba
terdengar klakson mobil yang dipijit ayahnya dengan keras dan jeritan ibunya
yang kencang dan melenting. Dan.. BRUG~!! Hera merasa tubuhnya terguncang
didalam mobil. Dia pusing karena merasa mobil ayahnya ini berputar-putar, dan
setelah itu Hera tak sadarkan diri.
Dari belakang, Siwan
melihat kecelakaan itu. Dan berteriak memanggil Hera. Dengan sigap, Siwan
menelpon ambulan lalu segera mengeluarkan Hera dan orang tuanya dari dalam
mobil dengan bantuan beberapa orang disekitar sana.
@rumahsakit
“Ah..” Hera sadar dan
merasa sakit diseluruh tubuhnya. Dan kepalanya terasa berat dan pusing.
“Hera? Kau sudah
sadar?” Tanya Siwan.
“A-ak-aku.. Haus
oppa..” kata Hera yang merasa tenggorokannya kering.
“Ah, ini..” Siwan
menyodorkan segelas air putih dengan sedotan ke mulut Hera.
“Kau koma selama lima
hari..” kata Siwan setelah menyimpan gelas dimeja.
“Jinjja?” Tanya Hera
lemah tak percaya.
“Ne. Oh iya, calon
suami dan calon mertuamu datang menjengukmu saat kau pertama kali masuk rumah
sakit dan saat hari kemarin. Sepertinya mereka sangat menghawatirkan keadaanmu.
Oh, calon suamimu tampan, senyumnya sangat manis, dan matanya tajam sekali.
Tapi, tentu saja aku yang lebih tampan.” Kata Siwan panjang lebar dan membuat
Hera tersenyum.
“Bagaimana dengan
keadaan eomma dan appa?” Tanya Hera.
Saat itu juga Siwan
tak tau harus menjawab apa. Dia takut membuat Hera sedih. Tapi, ini memang
harus dikatakan.
“eomma dan appa mu,
meninggal saat kecelakaan itu terjadi. Dan hanya kau yang bisa terselamatkan..”
jawab Siwan pelan.
“a-apa?” Tanya Hera
tak percaya.
Siwan langsung memeluk
Hera, dan ketika itulah Hera menangis tersedu-sedu. “tidak mungkiin..” ucap
Hera ditengah tangisannya.
“Tenanglah, masih ada
aku, calon suamimu, dan calon mertuamu yang menyayangimu dan menjagamu disini.”
Ucap Siwan menenangkan sambil mengusap-ngusap punggung Hera.
“apa kau mau makan?
Sepertinya kau kelaparan, karena tidak makan selama lima hari. Tunggu sebentar,
aku akan keluar membawa makanan.” Hera mengangguk.
6 menit kemudian..
Tiba-tiba, pintu kamar
terbuka. “Annyeonghaseyo…” laki-laki yang Hera perkirakan berusia sama dengan ayahnya
masuk kedalam kamar rawatnya, disusul dengan wanita setengah baya dan seorang
namja yang mungkin umurnya dua tahun lebih tua darinya.
“Annyeong..” jawab
Hera lalu tersenyum.
“Syukurlah kau sudah
sadar, kami sangat menghawatirkanmu..” ucap wanita itu seraya merangkul Hera. Hera
tersenyum ramah. Dalam hati Hera menebak-nebak kalau dia adalah calon mertuanya.
Dan apakah laki-laki yang berdiri disamping laki-laki yang seumuran sama ayahnya
adalah calon suaminya? Oh yaampun, dia tampan sekali, dia berkarisma dan benar
apa yang dikatakan Siwan, tatapan matanya memang tajam. Tepat saat itu, Siwan
datang sambil membawakan semangkuk bubur.
“Oh? Kalian ada
disini..?”
“Hera, kenalkan..
ahjumma dan ajeoshi ini adalah sahabat almarhum ayah dan ibumu. Dan ini Myungsoo
anak tunggal mereka. Dia tampankan seperti yang kuceritakan padamu?” ucap Siwan
memperkenalkan setelah menaruh mangkuk bubur dimeja. Hera tersenyum
mendengarnya.
“Dia mirip sekali
ajeoshi..” kata Hera. Mereka tersenyum.
“Oh ya, ahjumma,
ajeoshi.. apa kalian sudah mempersiapkan pernikahan Hera dan Myungsoo?” Tanya
Siwan polos.
Ahjumma dan ajeoshi
itu tersenyum mendengar pertanyaan Siwan. “Sebenarnya, kami sudah mempersiapkan
semua itu tiga bulan lalu. Bahkan kami dan orang tua Hera sudah menetapkan tanggal
pernikahan kalian..” ucap ajeoshi menjelaskan.
“Waaah.. sudah
benar-benar dipersiapkan. Memangnya kapan pernikahannya berlangsung?” Tanya
Siwan kaget.
“Seharusnya, minggu
depan. Tapi melihat keadaan Hera seperti ini, sepertinya harus diundur. Kami
juga akan membuat undangan yang baru..”
“Undangan baru? Apa
undangan pun sudah jadi?” Tanya Siwan dengan penasaran.
“Iya. Tapi, sepertinya
harus dibuat lagi karena unduran melihat kondisi Hera yang masih lemah..” kata
Ajushi dengan berat hati.
Mendengar itu, Hera
merasa bersalah dan merasa kasihan kepada ajushi jika pernikahannya diundur.
Pasti ajushi dan ahjumma akan kerepotan menjadwalkannya lagi.
“Ajushi, tidak usah
diundur. Mungkin minggu depan aku akan sembuh total. Jadi, ajushi tidak perlu
repot-repot mengurus ulang pernikahan. Lagian, Dokter yang menanganiku adalah
sahabat Siwan oppa. Pasti dia akan merawatku dengan baik sampai sembuh total..”
kata Hera dengan yakin.
“Jinjja? Neo
gwenchana?” Tanya ahjumma dengan khawatir.
“Ne. Nan gwenchana..”
jawab Hera lalu tersenyum.
Hera mengangkat
gaunnya yang mengembang dan panjang. Dia melihat bayangannya dikaca. makeup
wajahnya tidak terlalu mencolok dan terlihat sangat natural. Tapi, Hera agak
ribet dengan gaunnya itu.
“Omo~! Yeppota..”
Siwan melihat Hera dari bawah hingga atas. “ternyata apa yang dikatakan orang
memang benar. Seorang wanita akan terlihat kecantikannya ketika dia memakai
gaun pernikahan. Dan sekarang, terbukti..” ucap Siwan memuji penampilan Hera.
“eoh, jinjja? Keunde,
apa tak ada gaun yang lebih simple? Ini, terlalu menyulitkanku untuk
berjalan..”
“Kalau kau mau yang
lebih simple, kau bisa ganti dengan celana jeans dan t-shirtmu..” ucap Siwan
datar.
“Aish, kau ini..”
“Kaja, calon suami mu
sudah menunggumu..”
Pernikahanpun berjalan
lancar. Semua orang tersenyum bahagia.
Satu bulan kemudian..
“Oppa, bangun. Sudah
jam tujuh pagi, bukankah kau akan ke kantor? Handuk dan pakaian sudah aku
siapkan. Aku buatkan sarapan dulu..”
Hera pergi kedapur dan
mulai membuat makanan. Selama satu bulan ini, dia selalu membuatkan sarapan dan
makan malam dengan tulus sepenuh hati, meskipun akhirnya makanan-makanan itu
tak pernah disentuh suaminya dan berakhir di tong sampah, Hera tetap sabar.
Beberapa makanan
tersaji di meja makan, lengkap dengan susu hangat. Dan sekarang, Hera tengah
menunggu kehadiran suaminya.
“Aku pergi..” kata
Myungsoo seperti biasa tanpa mempedulikan makanan yang sudah Hera siapkan
untuknya.
“Tidak sarapan dulu?”
pertanyaan sama yang selalu Hera tanyakan. Setiap pagi, dia selalu bertanya
seperti itu. Meskipun Hera tahu, suaminya akan sarapan dikantor, dia tetap saja
bertanya seperti itu.
“Aku sarapan dikantor”
jawab Myungsoo sambil memakai sepatunya. Lalu pergi.
“Eoh. Hati-hati..”
Setiap pagi, hanya ada
percakapan itu saja. Tak ada tambahan dan tak ada pengurangan. Jika saja anak
kecil mendengar percakapan itu selama satu bulan, dia pasti hapal betul. Dan
Hera tersadar, pakaian yang dia siapkan untuk Myungsoo, tidak dipakai. Dan ini,
memang sudah biasa. Dan ya, sampai saat ini, Myungsoo belum menyentuh Hera
sedikitpun. Disini, hera merasa hanya seorang pembantu. Yang selalu menyiapkan
pakaian, makanan untuk majikan. Tapi sang majikan tak pernah menghargainya.
Tiba-tiba, kepala Hera
terasa pusing dan mual-mual. Dia pergi kekamar mandi karena sudah tak tahan
lagi dengan mualnya. Setelah mualnya berhenti, Hera berjalan kekamar. Mencari
obat yang biasa dia minum. Setelah meminum obat itu, Hera merasa baikan. Hera
melihat agendanya. Ternyata, hari ini dia ada jadwal pemeriksaan.
@rumah sakit
“Annyeong dokter..”
sapa Hera saat berada di dalam ruang pemeriksaan.
“Annyeong Hera.. kau
sudah datang..” sapa balik dari Kris yang merupak dokter sekaligus sahabat
Siwan yang menangani Hera. “Apa yang kau rasakan akhir-akhir ini?”
“Seperti biasa, aku
selalu merasa sakit kepala dan mual-mual. Tapi, akhir-akhir ini rasa sakit
dikepalaku menambah. Apa penyakitku semakin parah?”
“Benarkah? Mungkin
sekarang kau harus dirontgen, untuk mengetahui apa gumpalan darah dikepalamu
semakin membesar. Jika iya, kau harus dioperasi..”
Akhirnya, Hera
melakukan rontgen.
Disebuah layar seperti
TV, terlihat tengkorak kepala yang merupakan kepala Hera. Terlihat gumpalan
besar dibagian ubun-ubun, dan itu membuat dokter Kris khawatir. Hera menunggu
penjelasan dari Kris karena dia tidak mengerti.
“Ini. gumpalan darah
semakin membesar. Dan ini berbahaya untukmu. Ini, bisa saja membuatmu buta.
Cara terbaik, kau harus segera menjalani operasi” kata Kris menjelaskan. Hera
hanya tertunduk lemas. “Ini, obat untuk penghilang rasa sakit dan mual.” Kris
menyodorkan satu tabung kecil yang berisi obat.
“Pulanglah, katakana
pada suamimu. Mintai persetujuan darinya agar kamu segera melaksanakan
operasi.. Oh iya, salam untuk Siwan..”
“Tapi dokter, apakah
ada akibat dari operasi ini?”
“Mungkin beberapa ingatanmu
akan hilang. Tapi, cepat atau lambat ingatan itu pasti kembali, seberapa besar
usahamu untuk mengingatnya..” jawab Kris dengan berat hati.
“Eoh. Sepertinya
menakutkan sekali..” kata Hera memelas.
“Tak usah khawatir.
Itu hanya perkiraan ku saja.. Tak selamanya dokter itu benar, kan?” kata Kris
menenangkan.
@rumah
Hera menaruh piring
dimeja makan. Bulgogi, tteokpoki dan ginseng hangat sudah dia sediakan juga
untuk makan malam. Sambil menunggu Myungsoo pulang, dia menonton televisi.
Tiba-tiba, terdengar
pintu rumah terbuka. Seperti dugaan Hera, Myungsoo sudah pulang.
“Kau sudah pulang..”
kata Hera.
“hmm” jawab Myungsoo.
“Mandilah, aku sudah
menyiapkan air hangat..”
“hmm” jawab Myungsoo
lagi.
Sambil menunggu
Myungsoo mandi, Hera menelpon Siwan hanya sekedar menanyakan kabarnya.
“Yeoboseo?” sapa Siwan
disebrang sana.
“Ah, oppa.. apa kabar?
Kau kemana saja seminggu terakhir ini? kau tidak pernah berkunjung kerumahku..”
“Oh Hera, aku
baik-baik saja. Maaf, seminggu terakhir ini aku sibuk. Perusahaanku sedang membuat
game terbaru, dan harus siap diluncurkan bulan depan. Jadi, aku belum punya
kesempatan untuk berkunjung kerumah mu. Mianhae, eoh?” ucap Siwan pajang lebar.
“Oh, gwenchana. Apa
kau sudah mendapat kabar dari dokter Kris?” Tanya Hera gugup.
“Oh, belum. Tadi dia
sempat menelpon, tapi aku tak mengangkatnya karena terlalu sibuk. Ada apa? Apa
dia ingin mengabari keadaanmu sekarang? Kau baik-baik saja, kan? Apa penyakitmu
bertambah parah?” Tanya Siwan khatir.
“Oh, a-aniya.. Dia
menitipkan salam untuk mu..” ucap Hera tak mau membuat Siwan khawatir.
“Oh, keurae. Salam
balik..”
“Oppa, kau belum
pulang?”
“Sebentar lagi..”
“Oh begitu. Yasudah,
aku tutup ya..”
“Keurae..” Klik~!
Sambunganpun terputus.
Saat itu juga,
Myungsoo keluar dari kamar mandi lengkap dengan piyamanya. Myungsoo duduk
disofa, lalu mengganti saluran televisi.
“Oppa, ayo kita makan.
Aku sudah menyiapkan makan malam untuk mu..” kata Hera seperti malam-malam
sebelumnya.
“Kau saja. Aku sudah
makan dikantor..” Jawaban yang sama seperti malam-malam sebelumnya yang
diucapkan Myungsoo.
“Oppa lelah? Sini,
biar aku yang pijitin” Hera menarik tangan kanan Myungsoo. Tapi, Myungsoo
menarik kembali tangannya.
Hera mendekati
Myungsoo, lalu memegang bahu Myungsoo untuk dia pijit. Tapi Myungsoo menepis
kasar tangan Hera, dan itu membuat Hera terkejut.
“Kau ini apa-apaan
sih?” Tanya Myungsoo marah.
“Oppa, aku.. aku hanya
ingin memijit mu..” kata Hera lalu menundukkan kepala.
“Kau ini selalu
membuatku kesal..~!” kata Myungsoo keras. Dan itu, membuat Hera tak tahan lagi
atas perlakuan Myungsoo terhadapnya satu bulan ini.
“Ya~! Kau merasa aku
selalu membuatmu kesal? Memangnya apa yang salah denganku? Aku hanya ingin
memijitmu, aku ingin menjadi istri yang baik. Menyiapkan makanan dipagi hari,
menyiapkan pakaianmu, menyiapkan air hangat, menyiapkan makan malam, apa itu
semua membuatmu kesal? Apa seorang suami tak menginginkan istrinya melakukan
itu semua, hah? Sebenarnya yang lebih kesal itu siapa? Aku yang sangat merasa
kesal terhadapmu. Kau tak pernah mencicipi sedikitpun makananku, kau takpernah
memakai pakaian yang aku siapkan untukmu, dan selama ini kau tak pernah
menyentuhku, meski hanya sehelai rambut. Kau tak pernah menganggapku ada!
Disini aku tidak merasa menjadi seorang istri. Apa menurutmu ini adalah sebuah
pernikahan? Apa ini rumah tangga yang sebenarnya? Meskipun aku kesal
terhadapmu, tapi aku selalu bersabar. Kau tahu karena apa? Karena aku
mencintaimu..~!!” Jelas Hera marah. Nafasnya memburu, air matanya terus saja
menetes. Dia berlari ke arah kamar dan menangis dibalik bantal.
Myungsoo tercengang
mendengar semua perkataan Hera. Baru kali ini dia melihat Hera menangis. Baru
kali ini dia melihat Hera semarah itu. Dan baru kali ini dia mendengar Hera
berakata kalau dia bersabar untuknya, karena dia mencitainya. Melihat itu
semua, Myungsoo merasa bersalah terhadap Hera. Di berjalan menuju kamar, lalu
melihat Hera berbaring dibawah selimut. Sebenarnya dia ingin meminta maaf
kepada Hera, tapi sepertinya Hera sudah tidur. Akhirnya Myungsoo memutuskan
untuk tidur dan berencana meminta maaf besok pagi.
Sebenarnya, Hera belum
tidur. Dia tak bisa tidur memikirkan pertengkarannya dengan Myungsoo tadi. Dia
melihat Myungsoo tidur membelakanginya seperti biasa. Menyadari kalau Myungsoo
tidak menginginkan pernikahan ini, dan tidak peduli terhadapnya, Hera
memutuskan untuk segera melakukan operasi. Sebelumnya, dia takut jika operasi
itu mengakibatkannya lupa ingatan. Dia takut melupakan Myungsoo. Tapi, setelah
menyadari semuanya, Hera ingin segera melupakan Myungsoo.
Keseokan harinya..
Jam beker di laci
samping tempat tidur berdering. Dan itu membuat Myungsoo terbangun. Myungsoo
mematikan jam beker itu dengan masih mengantuk. Tidak seperti biasanya jam
beker yang membangunkannya. Kemana Hera? Kemana bukan dia yang membangunkannya.
Myungsoo bangkit dari tempat tidurnya, dia ingin mandi sekarang. Tapi, kenapa
Hera tak menyediakan handuk dan pakaian untuknya? Myungsoo bertanya-tanya apa
mungkin Hera marah kepadanya? Ah, itu sudah pasti. Akhirnya dia pergi mandi.
Setelah bersiap-siap
untuk pergi ke kantor, Myungsoo menyempatkan diri kedapur, hanya sekedar akan
mengatakan “aku pergi..” kepada Hera. Tapi, ini tidak seperti biasanya. Kenapa
meja makan bersih sekali, tak satupun makanan yang terhidangkan disana. Kemana
Hera? Apa dia tidak menyiapkan sarapan untuknya? Tiba-tiba, pandangan Myungsoo
teralih pada secarik kertas yang tertempel di lemari es. Lalu Myungsoo
membacanya.
“Maaf, hari ini aku
tidak menjalankan kewajibanku sebagai istri. Mungkin, beberapa hari kedepan,
aku tidak akan dirumah. Maafkan aku.. Oh, tidak. Aku tidak perlu meminta maaf.
Kau seharusnya berterimakasih padaku karena beberapa hari kedepan, kau tidak
akan melihatku. Bukankah itu yang membuat senang? Jadi, jika nanti aku kembali,
berterimakasihlah padaku. Jika aku tak kembali lagi, bersenang-senanglah untuk
kehidupanmu tanpaku. Tertanda: Hera”
Mengetahui Hera pergi,
Myungsoo merasa tak enak hati. Takut sesuatu terjadi pada Hera. Sungguh, dia
menyesal telah membuat Hera sakit hati. Dan pagi ini, dia baru menyadari, kalau
dia mncintai Hera dan tak ingin kehilangan Hera.
@rumah sakit
“Hera-ya.. apa kau
benar-benar ingin dioperasi?” Tanya Siwan meragukan keinginan Hera.
“Keuromyeon. Wae
oppa?”
“Oh, aniya.. hanya
saja, kenapa kau mendadak sekali ingin dioperasi? Padahal, dulu oppa begitu
kesulitan membujukmu untuk melakukan operasi..” Tanya Siwan penasaran.
“Oh, jinjja? Ya,
karena sekarang aku ingin sembuh..” jawab Hera santai.
Beberapa suster
mendorong ranjang hera masuk ke ruang operasi. Kris bersiap-siap untuk memimpin
jalannya operasi.
“Tenanglah dan
berdo’a, agar operasi Hera berhasil..” ucap Kris kepada Siwan.
@home
Myungsoo dibangunka
oleh jam bekernya. Sudah tiga hari Hera tak membangunkannya. Ya, tentu saja.
Karena Hera belum pulang dari sejak meninggalkan pesan yang tertempel di lemari
es. Ketiadaan Hera membuat Myungsoo gelisah dan khawatir. Beberapa kali dia
menelpon ponsel Hera, tapi masih saja tidak aktif. Dan beberapa kali dia
menelpon Siwan, tapi tak pernah diangkat. Jika seperti ini selamanya, dia bisa jadi
gila. Tiga hari ini, di tinggal dirumah tanpa istrinya, Hera.
@rumah sakit
“Ah, oppa..” Hera
sadarkan diri.
“Hera? Kau sadar?
Ini.. minum dulu..” Siwan menyodorkan segelas air.
“Aku masih dirumah
sakit?” Tanya Hera.
“tentu saja. Kau baru
sadarkan diri setelah operasi tiga hari yang lalu..” jawab Siwan.
“Operasi? Memangnya
aku kenapa? Terakhir, aku ingat saat oppa pamit padaku untuk membawa makanan
karena aku belum makan selama lima hari karena koma..” Tanya Hera dengan heran.
“Hera? Ada apa ini?
coba ingat-ingat lagi, mungkin itu bukan ingatanmu terakhirkalinya..” Siwan
bingung.
Hera berpikir keras,
tapi hasilnya nihil. “Tidak, aku ingat itu memang terakhir kalinya..”
“apa kau ingat, kalau
orang tua mu meninggal?” Tanya Siwan mengetes ingatan Hera.
“Ingat..” jawab Hera
yakin.
“apa kau ingat, kau
sudah menikah?” Tanya Siwan sekali lagi.
Dan pertanyaan itu
membuat Hera kaget. “M-mwo? Menikah? Aku sudah menikah?”
“Kau benar-benar tidak
ingat pernikahan mu?” Tanya Siwan meyakinkan.
“Oppa, mworago?
Bagaimana bisa aku menikah kalau aku masih sakit seperti ini?” Tanya Hera
bingung.
Siwan mulai khawatir
dengan Hera. “tunggu sebentar, aku panggil Kris..” tepat saat itu juga, Kris
masuk ke kamar rawat Hera.
“Kris, katakana
padaku, kenapa bisa begini?” Tanya Siwan langsung kepada Kris.
“Memangnya, ada apa?”
Tanya Kris bingung.
“Dokter, oppa bilang
aku sudah menikah, bagaimana bisa aku menikah saat sakit seperti ini?” Hera
menyaut.
“Kris, ingatan
terakhirkalinya yaitu saat dulu dia
sadar dari koma karena kecelakaan.. lalu, dia tidak tahu kalau dia sudah
menikah, bahkan dia tidak ingat suaminya..”
“Sudah kuduga, ini
pasti terjadi..” ucap kris akhirnya.
“wae? Ada apa dengan
dia?” Tanya Siwan tak sabar.
“Sebelumnya, aku sudah
mengatakan kepada Hera, akibat dari operasi ini yaitu mungkin sebagian
ingatannya akan hilang. Dan sekarang terbukti. Dia hilang ingatan satu bulan
kebelakang..” kata Kris menjelaskan.
“Oh My God, kenapa
bisa terjadi?” Tanya Siwan lalu memeluk Hera yang masih terlihat bingung.
“Tapi, cepat atau
lambat kemungkinan besar, ingatannya akan kembali..”
Satu minggu kemudian..
“Apa kau baik-baik
saja?” Tanya ibu Myungsoo.
“Gwenchana..” jawab
Myungsoo lemah.
“Masih belum ada kabar
tentang Hera?” Tanya ibunya lagi.
“Ya. Tak ada kabar
dari Hera..”
“Dia benar-benar sakit
hati. Jika eomma menjadi dia, eomma juga akan melakukan hal yang sama. Kenapa
kau bisa berbuat itu terhadap Hera?”
“Aku tidak suka
perjodohan ini. Tapi, aku baru sadar kalau aku mencintai Hera disaat Hera
meninggalkanku..”
“Jika Hera kembali,
eomma harap kau berbuat baik terhadap Hera. Seorang wanita terlalu lembut untuk
disakiti..”
“Keurae..”
“eomma pergi dulu. Ada
beberapa urusan. Jaga dirimu baik-baik..”
“Ne..”
Myungsoo merasa lemah,
khawatir dan rindu terhadap Hera. Khawatir kalau Hera tak akan kembali lagi.
Myungsoo menyalakan televisi. Dia melihat jam yang terpasang di dinding
menunjukkan baru pukul tujuh malam. Dia pulang awal dari kantor karena merasa
kurang enak badan. Tiba-tiba, bel pintu berbunyi. Dia pikir mungkin eomma nya
meninggalkan sesuatu dirumahnya hingga harus balik lagi.
Tapi setelah pintu dia
buka, ternyata… istrinya, Hera kembali. Diaaa benar-benar kembali.. Myungsoo
langsung memeluk Hera dengan erat tanpa menyadari Siwan dibelakangnya.
“Hera, akhirnya kau
kembali. Aku minta maaf..jeongmal mianhae..” kata Myungsoo masih dengan memeluk
Hera. Ini, baru pertamakalinya dia memeluk Hera. Dan ini terasa hangat dan
membuatnya senang.
“Siwan oppa, apa namja
ini suamiku?” Tanya Hera polos.
Mendengar pertanyaa
Hera, Myungsoo melepaskan pelukannya.
Dengan gugup, Siwan
menjawab.. “Ne. Dia suamimu, namanya Myungsoo..”
Myungsoo menatap Hera
bingung. “Apa kebencianmu terhadapku membuatmu lupa padaku?” Tanya Myungsoo.
“Myungsoo, bisa kita
bicara sebentar?” Tanya Siwan. Myungsoo mengiyakan. “Hera, kau masuk saja
duluan, jangan sungkan. Ini rumahmu dan suamimu..” kata Siwan kepada Hera. Hera
mengangguk lalu masuk.
“Sebenarnya ada apa?”
Tanya Myungsoo tak sabar.
“Dia, hilang
ingatan..”
“Kenapa bisa? Apa
mungkin dia sedang berbohong?”
“Ani. Ada gumpalan
darah di kepalanya setelah kecelakaan dulu. Dari dulu, aku selalu membujuknya
untuk melakukan operasi, tapi dia tetap tidak mau. Hingga gumpalan darahnya
semakin besar, dokter menyuruh segera dioperasi. Karena jika tidak, Hera akan
buta. Tapi Hera masih saja tidak peduli. Tapi, tiba-tiba saja, pagi-pagi sekali
dia datang kerumahku dan berkata kalau dia ingin dioperasi hari itu juga. Dan
aku merasa sangat heran. Aku bertanya alasannya, tapi dia tidak menjawab. Dia
baru sadarkan diri setelah tiga hari dari pelaksanaan operasi. Tapi, sebagian
ingatannya hilang. Dia hilang ingatan satu bulan terakhir, disaat kalian belum
menikah..”
“Kenapa ini bisa
terjadi?” Tanya Myungsoo tak percaya.
“Sudah jalan hidupnya
seperti ini. Aku harap kau menjaganya degan baik. Jangan pernah sakiti dia..
Aku pulang dulu. Katakana pada Hera aku pulang..”
“Keurae” Myungsoo lalu
masuk kerumah.
“Hera-ya…” panggil
Myungsoo. Dan ini, terasa aneh. Baru pertamakalinya dia memanggil Hera seperti
itu.
“Ne?”
“Eodi?” Tanya Myungsoo
lagi.
“Aku di kamar mandi.
Sedang mandi..”
“Oh..”
Sambil menunggu Hera
mandi, Myungsoo melanjutkan menonton televisi. Anehnya, yang tadinya dia merasa
tak enak badan, sekarang sudah sangat baik. Baik sekali setelah melihat Hera
kembali lagi kerumah.
“Oppa, aku sudah
selesai. Apa kau mau mandi? Aku sudah menyiapkan air hangat..” ucap Hera sambil
duduk disamping Myungsoo.
“Hmm.. Kau harum
sekali. Aku akan mandi dan tak ingin kalah harum darimu..” kata Myungsoo lalu
tersenyum.
Dengan senang hati,
Myungsoo menuju kamar mandi. Berbicara santai dengan Hera seperti tadi
membuatnya senang sekali. Dia menyesal telah membuat Hera sakit hati. Dan
menyesal karena baru-baru ini dia menyadari kalau dia mencintai Hera. Dia
berjanji, tak akan membuat Hera terluka lagi.
Sesaat, Myungsoo
mencium kulitnya dan terciumlah wangi-wangian. Sekarang, dia tak kalah harum
dengan Hera.
Myungsoo duduk
dismping Hera yang sedang menonton TV. Myungsoo tersenyum saat melihat televisi
karena menampilkan film kartun. Ternyata Hera suka film kartun.
“Hera? Kau suka
kartun?” Tanya Myungsoo. Tapi Hera tak menjawab.
Pantas saja tak
menjawab, toh Hera sudah tidur. Myungsoo merangkul Hera. Setelah beberapa menit
Myungsoo merangkul Hera, Myungsoo menggendong Hera dan ditidurkan di tempat
tidur. Dia ikut berbaring disamping Hera. Kali ini, dia tidur tidak
membelakangi hera lagi. Myungsoo melihat garis wajah Hera. Dia menelusuri wajah
Hera dengan jari telunjuknya. Tepat saat jari tulunjuknya berada di bibir Hera,
dia merasakan detak jantung yang sangat hebat. Dengan perlahan, dia mendekatkan
wajahnya dengan wajah Hera. Dan~ Cup! Myungsoo mencium bibir Hera, dan itu
membuat Hera terbangun. Tentu saja Hera kaget tapi dia menyukainya.
“Tidurlah..” kata
Myungsoo sambil membelai pipi Hera. “Aku akan menjagamu, dan kau harus ingat
kalau aku suamimu..” kata Myungsoo lalu mencium Hera lagi.
Hera terkejut, dia
menjauhkan diri dari Myungsoo, bahkan dia turun dari tempat tidur. Hera merasa
sangat asing dengan itu. Dia merasa ini bukan hal yang biasa. “Kenapa kau
menciumku..?” Tanya nya kaget.
Myungsoo yang ikut
kaget melihat reaksi berlebihan dari Hera menjawab gagap. “A-a-aku.. suamimu..”
katanya, lalu tertunduk. Myungsoo sadar, kalau selama ini dia memang tidak
pernah memperlakukan Hera seperti ini. Selama menikah, dia belum pernah
menyentuh sehelai rambut Hera apalagi untuk mencium. Dan malam ini, pertama
kalinya dia mencium Hera.
“Kau tidur saja
duluan..” kata Hera lalu keluar dari kamar.
Myungsoo memaklumi
itu, akhirnya dia tidur duluan.
Hera duduk di sofa.
Dia merenungkan kejadian tadi. Dia mengusap bibirnya perlahan. Hera
bertanya-tanya, apa sebelum hilang ingatan, dia pernah berciuman dengan
suaminya seperti tadi? Hera berpikir keras, berusaha untuk menemukan
ingatannya, tapi hasilnya nihil hanya membuat kepalanya berdenyut sakit. Hera
merasa baru kali ini dia berciuman, dan merasa itu adalan first kiss nya.
Tiba-tiba, perutnya
berbunyi. Dan dia ingat, kalau dia belum makan malam. Dia berjalan ke kamar
untuk mencari buku resep makanan. Dia membuka lemari pakaiannya dan membuka
laci kecil yang ada didalam lemari itu. Hera mengambil buku resep makanan itu.
Saat meu menutup laci tersebut, tiba-tiba Hera merasa tertarik dengan buku
kecil bersampul biru muda. Karena penasaran, Hera mengambilnya.
Bukannya ke dapur,
Hera malah duduk lagi di sofa ruang tengah, membaca buku biru yang ternyata
buku diari miliknya. Hera membaca buku diarinya dengan kening berkerut. Dia
bertanya-tanya, apakah benar seperti ini? membaca curahan hatinya dalam buku
itu, membuat Hera sakit hati. Jika dulu seperti ini, maka sekarang bukanlah
Hera yang dulu lagi.
“Kriiiing.. kriiing..
kriiiing…” jam beker berdenting keras, membuat Myungsoo terbangun pagi ini.
tangannya merayap mematikan jam beker itu. Beberapa kali Myungsoo mengucek
matnya untuk memperjelas pandangannya. Disampingnya tak ada Hera. Yang
membangunkannya pun bukan Hera. Bukankah Hera sudah kembali kerumah ini waktu
malam? Apa semalam hanyalah mimpi?
Myungsoo keluar kamar
untuk memastikan Hera ada diruang tengah. Dan ternyata, memang ada. Hera sedang
menonton TV dan itu membuat Myungsoo tersenyum lega.
“Pagi yeobo…” sapa
Myungsoo kepada Hera lalu duduk di sofa bersama Hera.
“Hmm..” jawab Hera
datar.
“Kenapa kau tak
membangunkan ku?” Tanya Myungsoo lagi, berharap Hera menjawab kalau dia lupa membangunkannya.
“Bukannya sudah ada
jam beker disebelah tempat tidurmu..”
“Eoh. Biasanya kau
yang mebangunkanku. Oh iya, apa kau juga lupa menyiapkan pakaianku untuk ke
kantor hari ini..?”
“Untuk apa aku
melakukan itu, toh kamu jga tidak akan memakainya..” jawab Hera dingin tanpa
menatap Myungsoo.
Mendengar jawaban
Hera, Myungsoo menatap Hera bingung. “Apa ingatanmu sudah kembali?” Tanya
Myungsoo hati-hati.
“Inginnya sih aku
menjawab seperti itu. Aku tahu itu dari buku diary ini. Awalnya aku tak
percaya, tapi setelah melihat reaksimu seperti itu, sekarang aku percaya selama
ini kau memperlakukanku tidak seperti istrimu sendiri..”
“Maafkan aku.. Maafkan
aku selama ini Hera.. Aku baru menyadari semua itu saat kau meninggalkan rumah
ini. Maafkan aku Hera..” ucap Myungsoo menyesal.
Hera bangkit dari
kursi sambil berkata “Minta maaflah saat ingatanku kembali. Jika sekarang aku
memaafkanmu, belum tentu nanti jika ingatanku kembali aku memaafkanmu..” kata
Hera. “Ah iya, kau sarapan dikantor, kan? Aku tidak membuat makanan pagi ini.
cepat mandi, aku akan menyiram tanaman..” setelah mengatakan itu, Hera lalu
keluar rumah.
Myungsoo mendesah. Dia
mengacak rambutnya karena terlalu pusing memikirkan sikap Hera. “Ya tuhan, aku
suka Hera yang dulu, bukan Hera yang hilang ingatan..”
@restaurant
“Emm, enaknya….” Ucap
Hera saat makan di restaurant bersama Siwan.
“Ya, makanan disini
memang enak. Oh ya, bagaimana dengan keadaanmu sekarang? Jaljinaseo?” Tanya
Siwan berharap ada perkembangan dengan ingatan Hera.
“aku baik-bai saja..”
jawab Hera.
“Apa kau mengingat
sesuatu tentang pernikahanmu?”
“Ya, sedikit..” jawab
Hera datar.
“Apa yang kau ingat?”
Hera berhenti makan,
dan dia mulai mengingat-ngingat. “Yang ku ingat.. aku menangis..”
“Menangis?” Tanya
Siwan ingin tahu.
“Ne. Yang aku ingat,
aku menangis lalu meninggalkan rumah. Dan sepertinya, itu pagi-pagi sekali. Ah,
tapi entahlah. Mungkin itu hanya mimpi..” jawab Hera, lalu melnjutkan makan.
Siwan mencoba menyerap
kata-kata Hera. Hera menangis lalu pergi meninggalkan rumah disaat pagi-pagi
sekali. Siwan mengingat-ngingat, apakah Hera pernah melakukan itu. Yang dia
ingat, Hera datang kerumahnya pagi-pagi sekali. Tapi saat itu Hera tak
menangis. Bukan menangis, tapi yang dia lihat matanya bengkak seperti habis
menangis. Tapi waktu itu dia pikir itu karena Hera baru bangun tidur, jadi
matanya seperti itu. Siwan sempat bertanya-tanya dalam hati, sebenarnya apa
yang sudah terjadi? Kenapa Hera menangis lalu datang kerumahnya pagi-pagi
sekali. Dan kenapa Hera tiba-tiba ingin melakukan operasi?
“Lalu, apalagi?” Tanya
Siwan penasaran.
“Entahlah. Aku juga
dibantu dengan buku harian ini, yang ternyata ini buku harianku..” Hera
mengeluarkan buku diarinya dan dia serahkan kepada Siwan.
Siwan menerimanya lalu
mulai membaca. Sambil menunggu Siwan membaca buku hariannya, Hera tetap melanjutkan
makan siangnya.
Setiap membaca
perlembar dari buku itu, alis Siwan berkerut. Bertanya-tanya apa memang benar
Hera diperlakukan seperti ini oleh suaminya? Selama pernikahannya, Hera
bersikap seperti seorang istri, tapi suaminya tak menganggap dia ada. Oh ya
ampun, itu sangat menyakitkan.
“Hera, apa semua yang
tertulis dibuku ini benar?” Tanya Siwan penasaran.
“Entahlah. Aku juga
tak tahu. Aku hanya mengingat saat aku menangis saja. Tapi, mungkin saja benar
seperti itu..” jawab Hera santai seperti tak peduli.
“Sekarang, bagaimana
perlakuan suamimu terhadapmu?”
“Dia baik. Semalam,
dia bersikap santai terhadapku. Bahkan dia….. menciumku. Dan paginya, aku
mendengar dia memanggilku dengan panggilan ‘yeobo’. Sikapnya, tak sama dengan
apa yang ditulis di buku itu. Tapi, apa mungkin dia sudah menyesal?” sekarang
Hera mulai berpikir.
Siwan mengusap
dagunya, mencoba menyimpulkan sesuatu yang telah terjadi. “Hmm.. Semoga saja
ingatanmu cepat kembali. Oh, siapa yang bayar nih?” Tanya Siwan dengan muka
nakalnya.
“tentu saja oppa. Masa
aku? Malu dong ditlaktir sama dongsaengnya, apalagi dongsaengnya yeoja. Apa
yang akan dikatakan petugas kasir? Itu memalukan..” jawab Hera serasa menang.
Siwan mendengus lalu
mengacak rambut Hera. Dan akhirnya dia yang membayar semua makan seperti biasa.
@home
Malam ini, Myungsoo
pulang lebih cepat daripada biasanya. Karena akhi-akhir ini perusahaannya tidak
sesibuk dulu. Dia membuka pintu rumah. Dan saat itu juga, suara gaduh terdengar
dari arah dapur. Myungsoo menuju dapur dan melihat Hera sedang memasak.
Myungsoo berjelan
mengendap-ngendap mendekati Hera. Lalu Myungsoo langsung memeluk Hera dari
belakang. Seketika itu juga Hera kaget dan langsung berteriak. Dia takut kalau
seorang penjahat masuk kedalam rumahnya.
“tenanglah.. aku
Myungsoo..” ucap Myungsoo masih memeluk Hera dari belakang.
“aigoo.. kau membuatku
kaget..” Jawab Hera lalu melanjutkan mengaduk masakannya.
“aku lelah, aku juga
lapar. Kau masak apa?” Tanya Myungsoo lalu memegang tangan Hera yang sedang
mengaduk masakan.
“Ini, sop ayam.. Oppa
mandi saja dulu. Setelah itu, kita makan..” Ucap Hera memerintah.
“Keurae. Oppa mandi
dulu..” ucap Myungsoo lalu mencium puncak ubun-ubun Hera. Seketika, Hera kaget
dengan perasaannya. Jantungnya berdetak keras saat Myungsoo mencium kepalanya.
Setengah jam
kemudian..
“Sudah matang?” Tanya
Myungsoo yang terlihat segar dan memakai piyama.
“Sudah. Sebenarnya,
oppa itu mandi atau tidur? Lama sekali..” Tanya Hera menggerutu.
Myungsoo tersenyum
lalu mencubit pipi Hera. “terserah kau saja. Ayo kita makan, aku lapar
sekali..”
Hera menuangkan nasi
kemangkuk Myungsoo, dan ini sangat aneh. Ini terasa baru pertama kali dia
menuangkan nasi untuk suaminya.
Myungsoo mulai makan
dan merasakan masakan Hera. “Hmm, enak..” kata Myungsoo puas dengan masakan
Hera.
“Ini, baru
pertamakalinya kan oppa mencicipi masakan ku?” Tanya Hera hati-hati.
Mendengar pertanyaan
Hera, Myungsoo langsung canggung. “Ne..” jawab Myungsoo jujur.
“Kenapa selama ini
oppa tidak mau mencicipi masakanku?”
Myungsoo bingung mau
menjawab apa. Tapi, sepertinya jujur lebih baik
“Kau tahu kan kita
dijodohkan?”
“Ne. wae?”
“Aku tak suka dengan
perjodohon ini”
“Ooh. Lalu kenapa kamu
tak menolak dengan perjodohan ini?”
“Karena ini,
permintaan orang tua ku. Aku tak ingin membuat mereka kecewa dengan
penolakanku. Karena itu, aku menerima perjodohan ini..”
“Hmm.. dan karena kau
tak suka dengan perjodohan ini, kau tek pernah menganggapku istrimu, dan tak
pernah menganggapku ada. Bukan begitu?” Tanya Hera to the point.
“Mianhae..” jawab
Myungsoo lalu menunduk.
“Dan tanpa kau sadari,
perlakuanmu itu menyakiti hatiku..” kata Hera lagi.
“Maafkan aku
Hera-ya..” ucap Myungsoo menyesal.
“Lalu, kenapa sekarang
kau sangat baik padaku?”
“Karena sekarang aku….
Mencintaimu..”
“Jinjja? Sejak kapan
kau menyadari itu?”
“Sejak kau pergi dari
rumah..”
“Ooh.. Oppa, maafkan
aku soal kejadian tadi pagi. Saat itu, aku sakit hati membaca diariku. Tapi
karena kau jujur dan menyesal aku tak akan marah lagi..” kata Hera lalu
tersenyum.
“Aku juga minta maaf,
selama ini aku meperlakukanmu tidak baik. Maafkan aku…” Myungsoo menggenggam
tangan Hera.
“Ne. Aku maafkan..”
jawab Hera diiringi dengan senyuman tulusnya.
“Saranghae..”
“Nado..”
“Hera, bagaimana kalau
kita bulan madu?”
“M-mwo?” Tanya Hera
kaget.
“Oppa bercanda?” Tanya
Hera tak percaya.
“Ani. Aku serius.
Bagaimana kalau kita bulan madu ke pulau Jeju?” usul Myungsoo.
“Jeju? Eonje?” Tanya
Hera.
“Besok..” jawab
Myungsoo lalu melanjutkan makan malamnya.
“MWO? Besok?” Hera
benar-benar kaget.
“Ne. Besok aku ambil
cuti. Kita Bulan madu disana selama tiga hari..”
“Eoh. Terserah oppa
saja..”
“Aaah.. yeppota..
saranghae…” Myungsoo tiba-tiba mendekatkan wajahnya dengan wajah Hera. Seketika
itu juga, Hera memejamkan mata. Cup! Myungsoo mencium bibir Hera dengan lembut.
Setelah itu, Myungsoo mencium kening Hera.
“Nado saranghae
oppa..”
“Ayo cepat habiskan.
Setelah makan malam, kita tidur..” kata Myungsoo.
“Apa oppa tidurnya
akan membelakangiku lagi?”
Myungsoo tersenyum.
“Ani. Sekarang, kau yang akan membelakangiku..”
“Mwo? Kenapa aku harus
membelakangimu?” Tanya Hera bingung.
“Karena aku akan
memelukmu dari belakang. Oh, kalau kau tidak mau, kita berhadapan saja..”
“Terserah oppa
sajalah. Mau tidur saja kok harus dipermasalahkan..”
“Ya, memang terserah
aku saja. Mau ngapain juga kan terserah aku. Karena aku suamimu. Karena aku
kepala keluarga. Jadi, terserah aku. Jika sesuatu terjadi, kau jangan
menyalahkanku. Karena itu memang harus terjadi..” Myungsoo menjelaskan. Setelah itu, dia
tertawa terbahak-bahak melihat reaksi dari Hera. Hera sangat keget, wajahnya
pun langsung memerah.
“wajahmu merah.. lucu
sekali..” Myungsoo mencubit pipi Hera. Hera menunduk malu.
__The End__
Wah ffnya keren^^
BalasHapusHmmmm.....bgus ffny...sequel yaaaaaaa
BalasHapusBaguss!!! (y) tapi, akan lebih puas kalo ingatan hera balik .. :(
BalasHapusDaebak kaka authornya...
BalasHapusAku suka ceritanya. Bikin sequelnya dong Thor...