Menu

Kamis, 20 Juni 2013

FF "I'm Your Wive" ^_^




Annyeong... Haduuuh udah lama nih mimin gak ngeposting. Maklum, Admin sibuuuk. Sekarang mimin comeback nih. Kali ini mimin mau ngeshare Fan Fiction. Ini admin looh yang buat. Maaf ya kalau ceritanya gak seru.. mohon dimaklumi, admin baru pertamakali nih bikin FF. Yuk kita baca aja sekarang.. caw..

Author                  :               Dera Nur R
Title                       :               I’m your wife
Main Cast            :               Kim Myungsoo (L) Infinite as Myungsoo
                                                You as Sun Hera               
Other Cast          :               Im Siwan ZE:A as Siwan
Genre                   :               Romance
@universitas
“Cukahae, Hera. Akhirnya kau lulus dari Universitas ini..” Ucap Siwan sambil memeluk Hera.
“Gomapta, oppa.. Selamat juga atas kesuksesan perusahaanmu meluncurkan game terbaru yang berbobot tinggi..” Kata Hera seraya memeluk Siwan.
“Ini juga berkat orang tua mu yang mendidikku dengan baik, seperti anak mereka sendiri..” ucap Siwan seraya tersenyum lebar. “Ahjumma, Ajushi.. Gomawo..” Kali ini Siwan memeluk orangtua Hera.
Dengan lembut, eomma Hera menepuk-nepuk punggung Siwan, begitupun dengan Appa Hera. Betapa bahagiannya Siwan masih memiliki orang-orang yang sayang padanya. Jika saja orangtuanya belum meninggal, mereka akan sangat berterimakasih kepada keluarga Hera.
“Kau lulus, dan sebentar lagi kau akan menikah. eothoke?” ucap Siwan kepada Hera dengan memasang wajah menggoda.
“Bagaimana apanya?” Tanya Hera dengan muka kesalnya.
“Sepertinya kita tidak akan bebas bersama lagi.. Tapi, ada baiknya juga, aku tidak perlu mentraktirmu makan, tak perlu membangunkanmu yang memang sangat sulit dibangunkan, tak perlu mengantarmu kesana kemari lagi, dan….” Tiba-tiba raut wajah Siwan berubah seperti memelas.
Hera menatap Siwan sinis. Sedangkan orang tuanya tersenyum geli melihat kelakuan dua orang ini. “Dan apa..?” Tanya Hera jengkel.
Awalnya, Siwan tersenyum. Tiba-tiba.. Cup~! *kissing pipi Hera. “Nanti aku tak bisa lagi menciummu seperti itu..” lantas Siwan langsung tertawa melihat kekagetan Hera dan orangtuanya. Lalu dengan sigap dia berlari-lari karena takut mendapat pukulan bertubi-tubi dari Hera. Sambil melambaikan tangan dia berkata “Mungkin itu ciuman terakhir.. HAAHAHHA”.
“Siwaaaaaaaaan…. Awas kau yaa~!!” Hera berlari mengejar Siwan. Akhirnya terjadilah peristiwa kejar-kejaran seperti anak kecil. Dan itu membuat orangtua Hera tertawa terbahak-bahak.
“Ya.. sudah-sudah.. kemanhae.. ayo kita pulang, kita akan kedatangan tamu..” kata appa.
“Tamu? Nuguya?” Tanya Hera dan Siwan berbarengan.
“Calon suami dan calon mertua Hera..” kata appa lalu masuk mobil dan diikuti eomma yang juga masuk mobil.
“Mwo?” Tanya Hera kaget. Ternyata perjodohan masih ada pada zaman sekarang.
“Waah.. kau benar-benar akan menikah. Kira-kira, calon suami mu itu lebih tampan dariku gak ya? Ayo, cepat kau masuk mobil. Aku membawa sepeda motor..” ucap Siwan seraya mengacak rambut Hera.
“Aku ingin naik motor..” kata Hera sambil menggelayut ditangan Siwan.
“Hei.. jangan begitu, bagaimana kalau calon suamimu nanti melihat kau berboncengan dengan namja ulzzang sepertiku?” kata Siwan dengan pedenya sambil mengusap-ngusap dagu.
“Ah dasar kau, yasudah aku masuk ya..” kata Hera.
“Iya, aku akan mengikuti mobil dari belakang..” kata Siwan lalu tersenyum.

Selama perjalanan, Hera merasa tidak enak hati. Mungkin dia tidak menginginkan perjodohan ini. Tapi, mengingat ini adalah permintaan orang tuanya dan untuk menjalin kerja sama yang baik, akhirnya Hera menyetujui perjodohan ini. Tapi, sebagai wanita yang baru lulus kuliah, dia juga ingin memilih calon suami pilihannya sendiri. Apa daya, perjodohan ini pasti terjadi. Sedang asik-asiknya melamun, tiba-tiba terdengar klakson mobil yang dipijit ayahnya dengan keras dan jeritan ibunya yang kencang dan melenting. Dan.. BRUG~!! Hera merasa tubuhnya terguncang didalam mobil. Dia pusing karena merasa mobil ayahnya ini berputar-putar, dan setelah itu Hera tak sadarkan diri.
Dari belakang, Siwan melihat kecelakaan itu. Dan berteriak memanggil Hera. Dengan sigap, Siwan menelpon ambulan lalu segera mengeluarkan Hera dan orang tuanya dari dalam mobil dengan bantuan beberapa orang disekitar sana.

@rumahsakit
“Ah..” Hera sadar dan merasa sakit diseluruh tubuhnya. Dan kepalanya terasa berat dan pusing.
“Hera? Kau sudah sadar?” Tanya Siwan.
“A-ak-aku.. Haus oppa..” kata Hera yang merasa tenggorokannya kering.
“Ah, ini..” Siwan menyodorkan segelas air putih dengan sedotan ke mulut Hera.
“Kau koma selama lima hari..” kata Siwan setelah menyimpan gelas dimeja.
“Jinjja?” Tanya Hera lemah tak percaya.
“Ne. Oh iya, calon suami dan calon mertuamu datang menjengukmu saat kau pertama kali masuk rumah sakit dan saat hari kemarin. Sepertinya mereka sangat menghawatirkan keadaanmu. Oh, calon suamimu tampan, senyumnya sangat manis, dan matanya tajam sekali. Tapi, tentu saja aku yang lebih tampan.” Kata Siwan panjang lebar dan membuat Hera tersenyum.
“Bagaimana dengan keadaan eomma dan appa?” Tanya Hera.
Saat itu juga Siwan tak tau harus menjawab apa. Dia takut membuat Hera sedih. Tapi, ini memang harus dikatakan.
“eomma dan appa mu, meninggal saat kecelakaan itu terjadi. Dan hanya kau yang bisa terselamatkan..” jawab Siwan pelan.
“a-apa?” Tanya Hera tak percaya.
Siwan langsung memeluk Hera, dan ketika itulah Hera menangis tersedu-sedu. “tidak mungkiin..” ucap Hera ditengah tangisannya.
“Tenanglah, masih ada aku, calon suamimu, dan calon mertuamu yang menyayangimu dan menjagamu disini.” Ucap Siwan menenangkan sambil mengusap-ngusap punggung Hera.
“apa kau mau makan? Sepertinya kau kelaparan, karena tidak makan selama lima hari. Tunggu sebentar, aku akan keluar membawa makanan.” Hera mengangguk.
6 menit kemudian..
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. “Annyeonghaseyo…” laki-laki yang Hera perkirakan berusia sama dengan ayahnya masuk kedalam kamar rawatnya, disusul dengan wanita setengah baya dan seorang namja yang mungkin umurnya dua tahun lebih tua darinya.
“Annyeong..” jawab Hera lalu tersenyum.
“Syukurlah kau sudah sadar, kami sangat menghawatirkanmu..” ucap wanita itu seraya merangkul Hera. Hera tersenyum ramah. Dalam hati Hera menebak-nebak kalau dia adalah calon mertuanya. Dan apakah laki-laki yang berdiri disamping laki-laki yang seumuran sama ayahnya adalah calon suaminya? Oh yaampun, dia tampan sekali, dia berkarisma dan benar apa yang dikatakan Siwan, tatapan matanya memang tajam. Tepat saat itu, Siwan datang sambil membawakan semangkuk bubur.
“Oh? Kalian ada disini..?”
“Hera, kenalkan.. ahjumma dan ajeoshi ini adalah sahabat almarhum ayah dan ibumu. Dan ini Myungsoo anak tunggal mereka. Dia tampankan seperti yang kuceritakan padamu?” ucap Siwan memperkenalkan setelah menaruh mangkuk bubur dimeja. Hera tersenyum mendengarnya.
“Dia mirip sekali ajeoshi..” kata Hera. Mereka tersenyum.
“Oh ya, ahjumma, ajeoshi.. apa kalian sudah mempersiapkan pernikahan Hera dan Myungsoo?” Tanya Siwan polos.
Ahjumma dan ajeoshi itu tersenyum mendengar pertanyaan Siwan. “Sebenarnya, kami sudah mempersiapkan semua itu tiga bulan lalu. Bahkan kami dan orang tua Hera sudah menetapkan tanggal pernikahan kalian..” ucap ajeoshi menjelaskan.
“Waaah.. sudah benar-benar dipersiapkan. Memangnya kapan pernikahannya berlangsung?” Tanya Siwan kaget.
“Seharusnya, minggu depan. Tapi melihat keadaan Hera seperti ini, sepertinya harus diundur. Kami juga akan membuat undangan yang baru..”
“Undangan baru? Apa undangan pun sudah jadi?” Tanya Siwan dengan penasaran.
“Iya. Tapi, sepertinya harus dibuat lagi karena unduran melihat kondisi Hera yang masih lemah..” kata Ajushi dengan berat hati.
Mendengar itu, Hera merasa bersalah dan merasa kasihan kepada ajushi jika pernikahannya diundur. Pasti ajushi dan ahjumma akan kerepotan menjadwalkannya lagi.
“Ajushi, tidak usah diundur. Mungkin minggu depan aku akan sembuh total. Jadi, ajushi tidak perlu repot-repot mengurus ulang pernikahan. Lagian, Dokter yang menanganiku adalah sahabat Siwan oppa. Pasti dia akan merawatku dengan baik sampai sembuh total..” kata Hera dengan yakin.
“Jinjja? Neo gwenchana?” Tanya ahjumma dengan khawatir.
“Ne. Nan gwenchana..” jawab Hera lalu tersenyum.

Hera mengangkat gaunnya yang mengembang dan panjang. Dia melihat bayangannya dikaca. makeup wajahnya tidak terlalu mencolok dan terlihat sangat natural. Tapi, Hera agak ribet dengan gaunnya itu.
“Omo~! Yeppota..” Siwan melihat Hera dari bawah hingga atas. “ternyata apa yang dikatakan orang memang benar. Seorang wanita akan terlihat kecantikannya ketika dia memakai gaun pernikahan. Dan sekarang, terbukti..” ucap Siwan memuji penampilan Hera.
“eoh, jinjja? Keunde, apa tak ada gaun yang lebih simple? Ini, terlalu menyulitkanku untuk berjalan..”
“Kalau kau mau yang lebih simple, kau bisa ganti dengan celana jeans dan t-shirtmu..” ucap Siwan datar.
“Aish, kau ini..”
“Kaja, calon suami mu sudah menunggumu..”
Pernikahanpun berjalan lancar. Semua orang tersenyum bahagia.
Satu bulan kemudian..
“Oppa, bangun. Sudah jam tujuh pagi, bukankah kau akan ke kantor? Handuk dan pakaian sudah aku siapkan. Aku buatkan sarapan dulu..”
Hera pergi kedapur dan mulai membuat makanan. Selama satu bulan ini, dia selalu membuatkan sarapan dan makan malam dengan tulus sepenuh hati, meskipun akhirnya makanan-makanan itu tak pernah disentuh suaminya dan berakhir di tong sampah, Hera tetap sabar.
Beberapa makanan tersaji di meja makan, lengkap dengan susu hangat. Dan sekarang, Hera tengah menunggu kehadiran suaminya.
“Aku pergi..” kata Myungsoo seperti biasa tanpa mempedulikan makanan yang sudah Hera siapkan untuknya.
“Tidak sarapan dulu?” pertanyaan sama yang selalu Hera tanyakan. Setiap pagi, dia selalu bertanya seperti itu. Meskipun Hera tahu, suaminya akan sarapan dikantor, dia tetap saja bertanya seperti itu.
“Aku sarapan dikantor” jawab Myungsoo sambil memakai sepatunya. Lalu pergi.
“Eoh. Hati-hati..”
Setiap pagi, hanya ada percakapan itu saja. Tak ada tambahan dan tak ada pengurangan. Jika saja anak kecil mendengar percakapan itu selama satu bulan, dia pasti hapal betul. Dan Hera tersadar, pakaian yang dia siapkan untuk Myungsoo, tidak dipakai. Dan ini, memang sudah biasa. Dan ya, sampai saat ini, Myungsoo belum menyentuh Hera sedikitpun. Disini, hera merasa hanya seorang pembantu. Yang selalu menyiapkan pakaian, makanan untuk majikan. Tapi sang majikan tak pernah menghargainya.
Tiba-tiba, kepala Hera terasa pusing dan mual-mual. Dia pergi kekamar mandi karena sudah tak tahan lagi dengan mualnya. Setelah mualnya berhenti, Hera berjalan kekamar. Mencari obat yang biasa dia minum. Setelah meminum obat itu, Hera merasa baikan. Hera melihat agendanya. Ternyata, hari ini dia ada jadwal pemeriksaan.

@rumah sakit
“Annyeong dokter..” sapa Hera saat berada di dalam ruang pemeriksaan.
“Annyeong Hera.. kau sudah datang..” sapa balik dari Kris yang merupak dokter sekaligus sahabat Siwan yang menangani Hera. “Apa yang kau rasakan akhir-akhir ini?”
“Seperti biasa, aku selalu merasa sakit kepala dan mual-mual. Tapi, akhir-akhir ini rasa sakit dikepalaku menambah. Apa penyakitku semakin parah?”
“Benarkah? Mungkin sekarang kau harus dirontgen, untuk mengetahui apa gumpalan darah dikepalamu semakin membesar. Jika iya, kau harus dioperasi..”
Akhirnya, Hera melakukan rontgen.
Disebuah layar seperti TV, terlihat tengkorak kepala yang merupakan kepala Hera. Terlihat gumpalan besar dibagian ubun-ubun, dan itu membuat dokter Kris khawatir. Hera menunggu penjelasan dari Kris karena dia tidak mengerti.
“Ini. gumpalan darah semakin membesar. Dan ini berbahaya untukmu. Ini, bisa saja membuatmu buta. Cara terbaik, kau harus segera menjalani operasi” kata Kris menjelaskan. Hera hanya tertunduk lemas. “Ini, obat untuk penghilang rasa sakit dan mual.” Kris menyodorkan satu tabung kecil yang berisi obat.
“Pulanglah, katakana pada suamimu. Mintai persetujuan darinya agar kamu segera melaksanakan operasi.. Oh iya, salam untuk Siwan..”
“Tapi dokter, apakah ada akibat dari operasi  ini?”
“Mungkin beberapa ingatanmu akan hilang. Tapi, cepat atau lambat ingatan itu pasti kembali, seberapa besar usahamu untuk mengingatnya..” jawab Kris dengan berat hati.
“Eoh. Sepertinya menakutkan sekali..” kata Hera memelas.
“Tak usah khawatir. Itu hanya perkiraan ku saja.. Tak selamanya dokter itu benar, kan?” kata Kris menenangkan.

@rumah
Hera menaruh piring dimeja makan. Bulgogi, tteokpoki dan ginseng hangat sudah dia sediakan juga untuk makan malam. Sambil menunggu Myungsoo pulang, dia menonton televisi.
Tiba-tiba, terdengar pintu rumah terbuka. Seperti dugaan Hera, Myungsoo sudah pulang.
“Kau sudah pulang..” kata Hera.
“hmm” jawab Myungsoo.
“Mandilah, aku sudah menyiapkan air hangat..”
“hmm” jawab Myungsoo lagi.
Sambil menunggu Myungsoo mandi, Hera menelpon Siwan hanya sekedar menanyakan kabarnya.
“Yeoboseo?” sapa Siwan disebrang sana.
“Ah, oppa.. apa kabar? Kau kemana saja seminggu terakhir ini? kau tidak pernah berkunjung kerumahku..”
“Oh Hera, aku baik-baik saja. Maaf, seminggu terakhir ini aku sibuk. Perusahaanku sedang membuat game terbaru, dan harus siap diluncurkan bulan depan. Jadi, aku belum punya kesempatan untuk berkunjung kerumah mu. Mianhae, eoh?” ucap Siwan pajang lebar.
“Oh, gwenchana. Apa kau sudah mendapat kabar dari dokter Kris?” Tanya Hera gugup.
“Oh, belum. Tadi dia sempat menelpon, tapi aku tak mengangkatnya karena terlalu sibuk. Ada apa? Apa dia ingin mengabari keadaanmu sekarang? Kau baik-baik saja, kan? Apa penyakitmu bertambah parah?” Tanya Siwan khatir.
“Oh, a-aniya.. Dia menitipkan salam untuk mu..” ucap Hera tak mau membuat Siwan khawatir.
“Oh, keurae. Salam balik..”
“Oppa, kau belum pulang?”
“Sebentar lagi..”
“Oh begitu. Yasudah, aku tutup ya..”
“Keurae..” Klik~! Sambunganpun terputus.
Saat itu juga, Myungsoo keluar dari kamar mandi lengkap dengan piyamanya. Myungsoo duduk disofa, lalu mengganti saluran televisi.
“Oppa, ayo kita makan. Aku sudah menyiapkan makan malam untuk mu..” kata Hera seperti malam-malam sebelumnya.
“Kau saja. Aku sudah makan dikantor..” Jawaban yang sama seperti malam-malam sebelumnya yang diucapkan Myungsoo.
“Oppa lelah? Sini, biar aku yang pijitin” Hera menarik tangan kanan Myungsoo. Tapi, Myungsoo menarik kembali tangannya.
Hera mendekati Myungsoo, lalu memegang bahu Myungsoo untuk dia pijit. Tapi Myungsoo menepis kasar tangan Hera, dan itu membuat Hera terkejut.
“Kau ini apa-apaan sih?” Tanya Myungsoo marah.
“Oppa, aku.. aku hanya ingin memijit mu..” kata Hera lalu menundukkan kepala.
“Kau ini selalu membuatku kesal..~!” kata Myungsoo keras. Dan itu, membuat Hera tak tahan lagi atas perlakuan Myungsoo terhadapnya satu bulan ini.
“Ya~! Kau merasa aku selalu membuatmu kesal? Memangnya apa yang salah denganku? Aku hanya ingin memijitmu, aku ingin menjadi istri yang baik. Menyiapkan makanan dipagi hari, menyiapkan pakaianmu, menyiapkan air hangat, menyiapkan makan malam, apa itu semua membuatmu kesal? Apa seorang suami tak menginginkan istrinya melakukan itu semua, hah? Sebenarnya yang lebih kesal itu siapa? Aku yang sangat merasa kesal terhadapmu. Kau tak pernah mencicipi sedikitpun makananku, kau takpernah memakai pakaian yang aku siapkan untukmu, dan selama ini kau tak pernah menyentuhku, meski hanya sehelai rambut. Kau tak pernah menganggapku ada! Disini aku tidak merasa menjadi seorang istri. Apa menurutmu ini adalah sebuah pernikahan? Apa ini rumah tangga yang sebenarnya? Meskipun aku kesal terhadapmu, tapi aku selalu bersabar. Kau tahu karena apa? Karena aku mencintaimu..~!!” Jelas Hera marah. Nafasnya memburu, air matanya terus saja menetes. Dia berlari ke arah kamar dan menangis dibalik bantal.
Myungsoo tercengang mendengar semua perkataan Hera. Baru kali ini dia melihat Hera menangis. Baru kali ini dia melihat Hera semarah itu. Dan baru kali ini dia mendengar Hera berakata kalau dia bersabar untuknya, karena dia mencitainya. Melihat itu semua, Myungsoo merasa bersalah terhadap Hera. Di berjalan menuju kamar, lalu melihat Hera berbaring dibawah selimut. Sebenarnya dia ingin meminta maaf kepada Hera, tapi sepertinya Hera sudah tidur. Akhirnya Myungsoo memutuskan untuk tidur dan berencana meminta maaf besok pagi.
Sebenarnya, Hera belum tidur. Dia tak bisa tidur memikirkan pertengkarannya dengan Myungsoo tadi. Dia melihat Myungsoo tidur membelakanginya seperti biasa. Menyadari kalau Myungsoo tidak menginginkan pernikahan ini, dan tidak peduli terhadapnya, Hera memutuskan untuk segera melakukan operasi. Sebelumnya, dia takut jika operasi itu mengakibatkannya lupa ingatan. Dia takut melupakan Myungsoo. Tapi, setelah menyadari semuanya, Hera ingin segera melupakan Myungsoo.

Keseokan harinya..
Jam beker di laci samping tempat tidur berdering. Dan itu membuat Myungsoo terbangun. Myungsoo mematikan jam beker itu dengan masih mengantuk. Tidak seperti biasanya jam beker yang membangunkannya. Kemana Hera? Kemana bukan dia yang membangunkannya. Myungsoo bangkit dari tempat tidurnya, dia ingin mandi sekarang. Tapi, kenapa Hera tak menyediakan handuk dan pakaian untuknya? Myungsoo bertanya-tanya apa mungkin Hera marah kepadanya? Ah, itu sudah pasti. Akhirnya dia pergi mandi.
Setelah bersiap-siap untuk pergi ke kantor, Myungsoo menyempatkan diri kedapur, hanya sekedar akan mengatakan “aku pergi..” kepada Hera. Tapi, ini tidak seperti biasanya. Kenapa meja makan bersih sekali, tak satupun makanan yang terhidangkan disana. Kemana Hera? Apa dia tidak menyiapkan sarapan untuknya? Tiba-tiba, pandangan Myungsoo teralih pada secarik kertas yang tertempel di lemari es. Lalu Myungsoo membacanya.
“Maaf, hari ini aku tidak menjalankan kewajibanku sebagai istri. Mungkin, beberapa hari kedepan, aku tidak akan dirumah. Maafkan aku.. Oh, tidak. Aku tidak perlu meminta maaf. Kau seharusnya berterimakasih padaku karena beberapa hari kedepan, kau tidak akan melihatku. Bukankah itu yang membuat senang? Jadi, jika nanti aku kembali, berterimakasihlah padaku. Jika aku tak kembali lagi, bersenang-senanglah untuk kehidupanmu tanpaku. Tertanda: Hera”
Mengetahui Hera pergi, Myungsoo merasa tak enak hati. Takut sesuatu terjadi pada Hera. Sungguh, dia menyesal telah membuat Hera sakit hati. Dan pagi ini, dia baru menyadari, kalau dia mncintai Hera dan tak ingin kehilangan Hera.

@rumah sakit
“Hera-ya.. apa kau benar-benar ingin dioperasi?” Tanya Siwan meragukan keinginan Hera.
“Keuromyeon. Wae oppa?”
“Oh, aniya.. hanya saja, kenapa kau mendadak sekali ingin dioperasi? Padahal, dulu oppa begitu kesulitan membujukmu untuk melakukan operasi..” Tanya Siwan penasaran.
“Oh, jinjja? Ya, karena sekarang aku ingin sembuh..” jawab Hera santai.
Beberapa suster mendorong ranjang hera masuk ke ruang operasi. Kris bersiap-siap untuk memimpin jalannya operasi.
“Tenanglah dan berdo’a, agar operasi Hera berhasil..” ucap Kris kepada Siwan.

@home
Myungsoo dibangunka oleh jam bekernya. Sudah tiga hari Hera tak membangunkannya. Ya, tentu saja. Karena Hera belum pulang dari sejak meninggalkan pesan yang tertempel di lemari es. Ketiadaan Hera membuat Myungsoo gelisah dan khawatir. Beberapa kali dia menelpon ponsel Hera, tapi masih saja tidak aktif. Dan beberapa kali dia menelpon Siwan, tapi tak pernah diangkat. Jika seperti ini selamanya, dia bisa jadi gila. Tiga hari ini, di tinggal dirumah tanpa istrinya, Hera.

@rumah sakit
“Ah, oppa..” Hera sadarkan diri.
“Hera? Kau sadar? Ini.. minum dulu..” Siwan menyodorkan segelas air.
“Aku masih dirumah sakit?” Tanya Hera.
“tentu saja. Kau baru sadarkan diri setelah operasi tiga hari yang lalu..” jawab Siwan.
“Operasi? Memangnya aku kenapa? Terakhir, aku ingat saat oppa pamit padaku untuk membawa makanan karena aku belum makan selama lima hari karena koma..” Tanya Hera dengan heran.
“Hera? Ada apa ini? coba ingat-ingat lagi, mungkin itu bukan ingatanmu terakhirkalinya..” Siwan bingung.
Hera berpikir keras, tapi hasilnya nihil. “Tidak, aku ingat itu memang terakhir kalinya..”
“apa kau ingat, kalau orang tua mu meninggal?” Tanya Siwan mengetes ingatan Hera.
“Ingat..” jawab Hera yakin.
“apa kau ingat, kau sudah menikah?” Tanya Siwan sekali lagi.
Dan pertanyaan itu membuat Hera kaget. “M-mwo? Menikah? Aku sudah menikah?”
“Kau benar-benar tidak ingat pernikahan mu?” Tanya Siwan meyakinkan.
“Oppa, mworago? Bagaimana bisa aku menikah kalau aku masih sakit seperti ini?” Tanya Hera bingung.
Siwan mulai khawatir dengan Hera. “tunggu sebentar, aku panggil Kris..” tepat saat itu juga, Kris masuk ke kamar rawat Hera.
“Kris, katakana padaku, kenapa bisa begini?” Tanya Siwan langsung kepada Kris.
“Memangnya, ada apa?” Tanya Kris bingung.
“Dokter, oppa bilang aku sudah menikah, bagaimana bisa aku menikah saat sakit seperti ini?” Hera menyaut.
“Kris, ingatan terakhirkalinya  yaitu saat dulu dia sadar dari koma karena kecelakaan.. lalu, dia tidak tahu kalau dia sudah menikah, bahkan dia tidak ingat suaminya..”
“Sudah kuduga, ini pasti terjadi..” ucap kris akhirnya.
“wae? Ada apa dengan dia?” Tanya Siwan tak sabar.
“Sebelumnya, aku sudah mengatakan kepada Hera, akibat dari operasi ini yaitu mungkin sebagian ingatannya akan hilang. Dan sekarang terbukti. Dia hilang ingatan satu bulan kebelakang..” kata Kris menjelaskan.
“Oh My God, kenapa bisa terjadi?” Tanya Siwan lalu memeluk Hera yang masih terlihat bingung.
“Tapi, cepat atau lambat kemungkinan besar, ingatannya akan kembali..”

Satu minggu kemudian..
“Apa kau baik-baik saja?” Tanya ibu Myungsoo.
“Gwenchana..” jawab Myungsoo lemah.
“Masih belum ada kabar tentang Hera?” Tanya ibunya lagi.
“Ya. Tak ada kabar dari Hera..”
“Dia benar-benar sakit hati. Jika eomma menjadi dia, eomma juga akan melakukan hal yang sama. Kenapa kau bisa berbuat itu terhadap Hera?”
“Aku tidak suka perjodohan ini. Tapi, aku baru sadar kalau aku mencintai Hera disaat Hera meninggalkanku..”
“Jika Hera kembali, eomma harap kau berbuat baik terhadap Hera. Seorang wanita terlalu lembut untuk disakiti..”
“Keurae..”
“eomma pergi dulu. Ada beberapa urusan. Jaga dirimu baik-baik..”
“Ne..”
Myungsoo merasa lemah, khawatir dan rindu terhadap Hera. Khawatir kalau Hera tak akan kembali lagi. Myungsoo menyalakan televisi. Dia melihat jam yang terpasang di dinding menunjukkan baru pukul tujuh malam. Dia pulang awal dari kantor karena merasa kurang enak badan. Tiba-tiba, bel pintu berbunyi. Dia pikir mungkin eomma nya meninggalkan sesuatu dirumahnya hingga harus balik lagi.
Tapi setelah pintu dia buka, ternyata… istrinya, Hera kembali. Diaaa benar-benar kembali.. Myungsoo langsung memeluk Hera dengan erat tanpa menyadari Siwan dibelakangnya.
“Hera, akhirnya kau kembali. Aku minta maaf..jeongmal mianhae..” kata Myungsoo masih dengan memeluk Hera. Ini, baru pertamakalinya dia memeluk Hera. Dan ini terasa hangat dan membuatnya senang.
“Siwan oppa, apa namja ini suamiku?” Tanya Hera polos.
Mendengar pertanyaa Hera, Myungsoo melepaskan pelukannya.
Dengan gugup, Siwan menjawab.. “Ne. Dia suamimu, namanya Myungsoo..”
Myungsoo menatap Hera bingung. “Apa kebencianmu terhadapku membuatmu lupa padaku?” Tanya Myungsoo.
“Myungsoo, bisa kita bicara sebentar?” Tanya Siwan. Myungsoo mengiyakan. “Hera, kau masuk saja duluan, jangan sungkan. Ini rumahmu dan suamimu..” kata Siwan kepada Hera. Hera mengangguk lalu masuk.
“Sebenarnya ada apa?” Tanya Myungsoo tak sabar.
“Dia, hilang ingatan..”
“Kenapa bisa? Apa mungkin dia sedang berbohong?”
“Ani. Ada gumpalan darah di kepalanya setelah kecelakaan dulu. Dari dulu, aku selalu membujuknya untuk melakukan operasi, tapi dia tetap tidak mau. Hingga gumpalan darahnya semakin besar, dokter menyuruh segera dioperasi. Karena jika tidak, Hera akan buta. Tapi Hera masih saja tidak peduli. Tapi, tiba-tiba saja, pagi-pagi sekali dia datang kerumahku dan berkata kalau dia ingin dioperasi hari itu juga. Dan aku merasa sangat heran. Aku bertanya alasannya, tapi dia tidak menjawab. Dia baru sadarkan diri setelah tiga hari dari pelaksanaan operasi. Tapi, sebagian ingatannya hilang. Dia hilang ingatan satu bulan terakhir, disaat kalian belum menikah..”
“Kenapa ini bisa terjadi?” Tanya Myungsoo tak percaya.
“Sudah jalan hidupnya seperti ini. Aku harap kau menjaganya degan baik. Jangan pernah sakiti dia.. Aku pulang dulu. Katakana pada Hera aku pulang..”
“Keurae” Myungsoo lalu masuk kerumah.
“Hera-ya…” panggil Myungsoo. Dan ini, terasa aneh. Baru pertamakalinya dia memanggil Hera seperti itu.
“Ne?”
“Eodi?” Tanya Myungsoo lagi.
“Aku di kamar mandi. Sedang mandi..”
“Oh..”
Sambil menunggu Hera mandi, Myungsoo melanjutkan menonton televisi. Anehnya, yang tadinya dia merasa tak enak badan, sekarang sudah sangat baik. Baik sekali setelah melihat Hera kembali lagi kerumah.
“Oppa, aku sudah selesai. Apa kau mau mandi? Aku sudah menyiapkan air hangat..” ucap Hera sambil duduk disamping Myungsoo.
“Hmm.. Kau harum sekali. Aku akan mandi dan tak ingin kalah harum darimu..” kata Myungsoo lalu tersenyum.
Dengan senang hati, Myungsoo menuju kamar mandi. Berbicara santai dengan Hera seperti tadi membuatnya senang sekali. Dia menyesal telah membuat Hera sakit hati. Dan menyesal karena baru-baru ini dia menyadari kalau dia mencintai Hera. Dia berjanji, tak akan membuat Hera terluka lagi.
Sesaat, Myungsoo mencium kulitnya dan terciumlah wangi-wangian. Sekarang, dia tak kalah harum dengan Hera.
Myungsoo duduk dismping Hera yang sedang menonton TV. Myungsoo tersenyum saat melihat televisi karena menampilkan film kartun. Ternyata Hera suka film kartun.
“Hera? Kau suka kartun?” Tanya Myungsoo. Tapi Hera tak menjawab.
Pantas saja tak menjawab, toh Hera sudah tidur. Myungsoo merangkul Hera. Setelah beberapa menit Myungsoo merangkul Hera, Myungsoo menggendong Hera dan ditidurkan di tempat tidur. Dia ikut berbaring disamping Hera. Kali ini, dia tidur tidak membelakangi hera lagi. Myungsoo melihat garis wajah Hera. Dia menelusuri wajah Hera dengan jari telunjuknya. Tepat saat jari tulunjuknya berada di bibir Hera, dia merasakan detak jantung yang sangat hebat. Dengan perlahan, dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Hera. Dan~ Cup! Myungsoo mencium bibir Hera, dan itu membuat Hera terbangun. Tentu saja Hera kaget tapi dia menyukainya.
“Tidurlah..” kata Myungsoo sambil membelai pipi Hera. “Aku akan menjagamu, dan kau harus ingat kalau aku suamimu..” kata Myungsoo lalu mencium Hera lagi.
Hera terkejut, dia menjauhkan diri dari Myungsoo, bahkan dia turun dari tempat tidur. Hera merasa sangat asing dengan itu. Dia merasa ini bukan hal yang biasa. “Kenapa kau menciumku..?” Tanya nya kaget.
Myungsoo yang ikut kaget melihat reaksi berlebihan dari Hera menjawab gagap. “A-a-aku.. suamimu..” katanya, lalu tertunduk. Myungsoo sadar, kalau selama ini dia memang tidak pernah memperlakukan Hera seperti ini. Selama menikah, dia belum pernah menyentuh sehelai rambut Hera apalagi untuk mencium. Dan malam ini, pertama kalinya dia mencium Hera.
“Kau tidur saja duluan..” kata Hera lalu keluar dari kamar.
Myungsoo memaklumi itu, akhirnya dia tidur duluan.
Hera duduk di sofa. Dia merenungkan kejadian tadi. Dia mengusap bibirnya perlahan. Hera bertanya-tanya, apa sebelum hilang ingatan, dia pernah berciuman dengan suaminya seperti tadi? Hera berpikir keras, berusaha untuk menemukan ingatannya, tapi hasilnya nihil hanya membuat kepalanya berdenyut sakit. Hera merasa baru kali ini dia berciuman, dan merasa itu adalan first kiss nya.
Tiba-tiba, perutnya berbunyi. Dan dia ingat, kalau dia belum makan malam. Dia berjalan ke kamar untuk mencari buku resep makanan. Dia membuka lemari pakaiannya dan membuka laci kecil yang ada didalam lemari itu. Hera mengambil buku resep makanan itu. Saat meu menutup laci tersebut, tiba-tiba Hera merasa tertarik dengan buku kecil bersampul biru muda. Karena penasaran, Hera mengambilnya.
Bukannya ke dapur, Hera malah duduk lagi di sofa ruang tengah, membaca buku biru yang ternyata buku diari miliknya. Hera membaca buku diarinya dengan kening berkerut. Dia bertanya-tanya, apakah benar seperti ini? membaca curahan hatinya dalam buku itu, membuat Hera sakit hati. Jika dulu seperti ini, maka sekarang bukanlah Hera yang dulu lagi.

“Kriiiing.. kriiing.. kriiiing…” jam beker berdenting keras, membuat Myungsoo terbangun pagi ini. tangannya merayap mematikan jam beker itu. Beberapa kali Myungsoo mengucek matnya untuk memperjelas pandangannya. Disampingnya tak ada Hera. Yang membangunkannya pun bukan Hera. Bukankah Hera sudah kembali kerumah ini waktu malam? Apa semalam hanyalah mimpi?
Myungsoo keluar kamar untuk memastikan Hera ada diruang tengah. Dan ternyata, memang ada. Hera sedang menonton TV dan itu membuat Myungsoo tersenyum lega.
“Pagi yeobo…” sapa Myungsoo kepada Hera lalu duduk di sofa bersama Hera.
“Hmm..” jawab Hera datar.
“Kenapa kau tak membangunkan ku?” Tanya Myungsoo lagi, berharap Hera menjawab kalau dia lupa membangunkannya.
“Bukannya sudah ada jam beker disebelah tempat tidurmu..”
“Eoh. Biasanya kau yang mebangunkanku. Oh iya, apa kau juga lupa menyiapkan pakaianku untuk ke kantor hari ini..?”
“Untuk apa aku melakukan itu, toh kamu jga tidak akan memakainya..” jawab Hera dingin tanpa menatap Myungsoo.
Mendengar jawaban Hera, Myungsoo menatap Hera bingung. “Apa ingatanmu sudah kembali?” Tanya Myungsoo hati-hati.
“Inginnya sih aku menjawab seperti itu. Aku tahu itu dari buku diary ini. Awalnya aku tak percaya, tapi setelah melihat reaksimu seperti itu, sekarang aku percaya selama ini kau memperlakukanku tidak seperti istrimu sendiri..”
“Maafkan aku.. Maafkan aku selama ini Hera.. Aku baru menyadari semua itu saat kau meninggalkan rumah ini. Maafkan aku Hera..” ucap Myungsoo menyesal.
Hera bangkit dari kursi sambil berkata “Minta maaflah saat ingatanku kembali. Jika sekarang aku memaafkanmu, belum tentu nanti jika ingatanku kembali aku memaafkanmu..” kata Hera. “Ah iya, kau sarapan dikantor, kan? Aku tidak membuat makanan pagi ini. cepat mandi, aku akan menyiram tanaman..” setelah mengatakan itu, Hera lalu keluar rumah.
Myungsoo mendesah. Dia mengacak rambutnya karena terlalu pusing memikirkan sikap Hera. “Ya tuhan, aku suka Hera yang dulu, bukan Hera yang hilang ingatan..”

@restaurant
“Emm, enaknya….” Ucap Hera saat makan di restaurant bersama Siwan.
“Ya, makanan disini memang enak. Oh ya, bagaimana dengan keadaanmu sekarang? Jaljinaseo?” Tanya Siwan berharap ada perkembangan dengan ingatan Hera.
“aku baik-bai saja..” jawab Hera.
“Apa kau mengingat sesuatu tentang pernikahanmu?”
“Ya, sedikit..” jawab Hera datar.
“Apa yang kau ingat?”
Hera berhenti makan, dan dia mulai mengingat-ngingat. “Yang ku ingat.. aku menangis..”
“Menangis?” Tanya Siwan ingin tahu.
“Ne. Yang aku ingat, aku menangis lalu meninggalkan rumah. Dan sepertinya, itu pagi-pagi sekali. Ah, tapi entahlah. Mungkin itu hanya mimpi..” jawab Hera, lalu melnjutkan makan.
Siwan mencoba menyerap kata-kata Hera. Hera menangis lalu pergi meninggalkan rumah disaat pagi-pagi sekali. Siwan mengingat-ngingat, apakah Hera pernah melakukan itu. Yang dia ingat, Hera datang kerumahnya pagi-pagi sekali. Tapi saat itu Hera tak menangis. Bukan menangis, tapi yang dia lihat matanya bengkak seperti habis menangis. Tapi waktu itu dia pikir itu karena Hera baru bangun tidur, jadi matanya seperti itu. Siwan sempat bertanya-tanya dalam hati, sebenarnya apa yang sudah terjadi? Kenapa Hera menangis lalu datang kerumahnya pagi-pagi sekali. Dan kenapa Hera tiba-tiba ingin melakukan operasi?
“Lalu, apalagi?” Tanya Siwan penasaran.
“Entahlah. Aku juga dibantu dengan buku harian ini, yang ternyata ini buku harianku..” Hera mengeluarkan buku diarinya dan dia serahkan kepada Siwan.
Siwan menerimanya lalu mulai membaca. Sambil menunggu Siwan membaca buku hariannya, Hera tetap melanjutkan makan siangnya.
Setiap membaca perlembar dari buku itu, alis Siwan berkerut. Bertanya-tanya apa memang benar Hera diperlakukan seperti ini oleh suaminya? Selama pernikahannya, Hera bersikap seperti seorang istri, tapi suaminya tak menganggap dia ada. Oh ya ampun, itu sangat menyakitkan.
“Hera, apa semua yang tertulis dibuku ini benar?” Tanya Siwan penasaran.
“Entahlah. Aku juga tak tahu. Aku hanya mengingat saat aku menangis saja. Tapi, mungkin saja benar seperti itu..” jawab Hera santai seperti tak peduli.
“Sekarang, bagaimana perlakuan suamimu terhadapmu?”
“Dia baik. Semalam, dia bersikap santai terhadapku. Bahkan dia….. menciumku. Dan paginya, aku mendengar dia memanggilku dengan panggilan ‘yeobo’. Sikapnya, tak sama dengan apa yang ditulis di buku itu. Tapi, apa mungkin dia sudah menyesal?” sekarang Hera mulai berpikir.
Siwan mengusap dagunya, mencoba menyimpulkan sesuatu yang telah terjadi. “Hmm.. Semoga saja ingatanmu cepat kembali. Oh, siapa yang bayar nih?” Tanya Siwan dengan muka nakalnya.
“tentu saja oppa. Masa aku? Malu dong ditlaktir sama dongsaengnya, apalagi dongsaengnya yeoja. Apa yang akan dikatakan petugas kasir? Itu memalukan..” jawab Hera serasa menang.
Siwan mendengus lalu mengacak rambut Hera. Dan akhirnya dia yang membayar semua makan seperti biasa.

@home
Malam ini, Myungsoo pulang lebih cepat daripada biasanya. Karena akhi-akhir ini perusahaannya tidak sesibuk dulu. Dia membuka pintu rumah. Dan saat itu juga, suara gaduh terdengar dari arah dapur. Myungsoo menuju dapur dan melihat Hera sedang memasak.
Myungsoo berjelan mengendap-ngendap mendekati Hera. Lalu Myungsoo langsung memeluk Hera dari belakang. Seketika itu juga Hera kaget dan langsung berteriak. Dia takut kalau seorang penjahat masuk kedalam rumahnya.
“tenanglah.. aku Myungsoo..” ucap Myungsoo masih memeluk Hera dari belakang.
“aigoo.. kau membuatku kaget..” Jawab Hera lalu melanjutkan mengaduk masakannya.
“aku lelah, aku juga lapar. Kau masak apa?” Tanya Myungsoo lalu memegang tangan Hera yang sedang mengaduk masakan.
“Ini, sop ayam.. Oppa mandi saja dulu. Setelah itu, kita makan..” Ucap Hera memerintah.
“Keurae. Oppa mandi dulu..” ucap Myungsoo lalu mencium puncak ubun-ubun Hera. Seketika, Hera kaget dengan perasaannya. Jantungnya berdetak keras saat Myungsoo mencium kepalanya.
Setengah jam kemudian..
“Sudah matang?” Tanya Myungsoo yang terlihat segar dan memakai piyama.
“Sudah. Sebenarnya, oppa itu mandi atau tidur? Lama sekali..” Tanya Hera menggerutu.
Myungsoo tersenyum lalu mencubit pipi Hera. “terserah kau saja. Ayo kita makan, aku lapar sekali..”
Hera menuangkan nasi kemangkuk Myungsoo, dan ini sangat aneh. Ini terasa baru pertama kali dia menuangkan nasi untuk suaminya.
Myungsoo mulai makan dan merasakan masakan Hera. “Hmm, enak..” kata Myungsoo puas dengan masakan Hera.
“Ini, baru pertamakalinya kan oppa mencicipi masakan ku?” Tanya Hera hati-hati.
Mendengar pertanyaan Hera, Myungsoo langsung canggung. “Ne..” jawab Myungsoo jujur.
“Kenapa selama ini oppa tidak mau mencicipi masakanku?”
Myungsoo bingung mau menjawab apa. Tapi, sepertinya jujur lebih baik
“Kau tahu kan kita dijodohkan?”
“Ne. wae?”
“Aku tak suka dengan perjodohon ini”
“Ooh. Lalu kenapa kamu tak menolak dengan perjodohan ini?”
“Karena ini, permintaan orang tua ku. Aku tak ingin membuat mereka kecewa dengan penolakanku. Karena itu, aku menerima perjodohan ini..”
“Hmm.. dan karena kau tak suka dengan perjodohan ini, kau tek pernah menganggapku istrimu, dan tak pernah menganggapku ada. Bukan begitu?” Tanya Hera to the point.
“Mianhae..” jawab Myungsoo lalu menunduk.
“Dan tanpa kau sadari, perlakuanmu itu menyakiti hatiku..” kata Hera lagi.
“Maafkan aku Hera-ya..” ucap Myungsoo menyesal.
“Lalu, kenapa sekarang kau sangat baik padaku?”
“Karena sekarang aku…. Mencintaimu..”
“Jinjja? Sejak kapan kau menyadari itu?”
“Sejak kau pergi dari rumah..”
“Ooh.. Oppa, maafkan aku soal kejadian tadi pagi. Saat itu, aku sakit hati membaca diariku. Tapi karena kau jujur dan menyesal aku tak akan marah lagi..” kata Hera lalu tersenyum.
“Aku juga minta maaf, selama ini aku meperlakukanmu tidak baik. Maafkan aku…” Myungsoo menggenggam tangan Hera.
“Ne. Aku maafkan..” jawab Hera diiringi dengan senyuman tulusnya.
“Saranghae..”
“Nado..”
“Hera, bagaimana kalau kita bulan madu?”
“M-mwo?” Tanya Hera kaget.
“Oppa bercanda?” Tanya Hera tak percaya.
“Ani. Aku serius. Bagaimana kalau kita bulan madu ke pulau Jeju?” usul Myungsoo.
“Jeju? Eonje?” Tanya Hera.
“Besok..” jawab Myungsoo lalu melanjutkan makan malamnya.
“MWO? Besok?” Hera benar-benar kaget.
“Ne. Besok aku ambil cuti. Kita Bulan madu disana selama tiga hari..”
“Eoh. Terserah oppa saja..”
“Aaah.. yeppota.. saranghae…” Myungsoo tiba-tiba mendekatkan wajahnya dengan wajah Hera. Seketika itu juga, Hera memejamkan mata. Cup! Myungsoo mencium bibir Hera dengan lembut. Setelah itu, Myungsoo mencium kening Hera.
“Nado saranghae oppa..”
“Ayo cepat habiskan. Setelah makan malam, kita tidur..” kata Myungsoo.
“Apa oppa tidurnya akan membelakangiku lagi?”
Myungsoo tersenyum. “Ani. Sekarang, kau yang akan membelakangiku..”
“Mwo? Kenapa aku harus membelakangimu?” Tanya Hera bingung.
“Karena aku akan memelukmu dari belakang. Oh, kalau kau tidak mau, kita berhadapan saja..”
“Terserah oppa sajalah. Mau tidur saja kok harus dipermasalahkan..”
“Ya, memang terserah aku saja. Mau ngapain juga kan terserah aku. Karena aku suamimu. Karena aku kepala keluarga. Jadi, terserah aku. Jika sesuatu terjadi, kau jangan menyalahkanku. Karena itu memang harus terjadi..”  Myungsoo menjelaskan. Setelah itu, dia tertawa terbahak-bahak melihat reaksi dari Hera. Hera sangat keget, wajahnya pun langsung memerah.
“wajahmu merah.. lucu sekali..” Myungsoo mencubit pipi Hera. Hera menunduk malu.


__The End__

4 komentar:

  1. Hmmmm.....bgus ffny...sequel yaaaaaaa

    BalasHapus
  2. Baguss!!! (y) tapi, akan lebih puas kalo ingatan hera balik .. :(

    BalasHapus
  3. Daebak kaka authornya...
    Aku suka ceritanya. Bikin sequelnya dong Thor...

    BalasHapus

Hai... Terimakasih atas kunjungan kamu di blog saya. Beri kritikan dan saran jika ada yang menyeleweng dari yang saya postingkan. Dan apabila yang ingin kamu katakan ataupun tanyakan, maka jangan segan-segan untuk menulisnya di kolom komentar. Jangan lupa juga untuk join dengan blog saya, ya.. Terimakasih.. :D

About